Postingan sya ini tentangkota yang dikutuk oleh Tuhan
Misteri Kota Sodom dan Gomorrah
Kota Sodom dan Gomorrah
adalah dua kota
yang dikaitkan dengan kisah Nabi Luth dan kaumnya. Paling tidak, dalam pandangan
Islam, Kristen, Yahudi, diyakini bahwa dua kota ini memang pernah ada, dan kemudian
dihancurkan Tuhan akibat begitu besarnya kemaksiatan yang dilakukan oleh
penduduknya. Kota
inilah yang daripadanya lahir istilah sodomy, and sodomite. Bahkan, dalam
bahasa Ibrani, Sodom itu sendiri berarti
terbakar, dan Gomorrah
berarti terkubur.
Kaitannya dalam Qur’an, ini termaktub dalam
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu
(terjungkir-balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS Huud ayat 82).
Dan dalam Kitab Genesis, disebutkan bahwa “dikarenakan oleh dosa-dosa
penduduknya, Sodom, Gomorrah, Admah dan Zeboim dihancurkan oleh
sulfur dan api dari Tuhan (19: 24-25).
Pertanyaan yang pertama, adalah dimanakah
sesungguhnya lokasi Kota Sodom dan Gomorrah
itu. Ternyata sangat sulit untuk menjawabnya, karena bekas atau puing-puing
kedua kota ini
sulit sekali untuk ditemukan. Misteri keberadaan Sodom
dan Gomorrah
mengundang banyak arkeologis, geologis, dan paleoclimatologis untuk
mengungkapkannya sejak tahun 1923.
Harris dan Beardow dalam ”The destruction
of Sodom and Gomorrah: a geotechnical perspective” yang dimuat dalam Quarterly
Journal of Engineering Geology and Hydrogeology (1995) memperkirakan bahwa
Sodom dan Gomorrah terletak di utara Semenanjung Lisan atau di sisi timur Laut
Mati bagian utara. Laut Mati terletak antara Israel dan Jordania.
Pendapat Harris dan Beardow didasarkan pada
keterangan Strabo, seorang sejarahwan dan geografer dari Yunani yang hidup dari
64 SM sampai 23 M. Menurut Strabo, selain Sodom
dan Gomorrah diperkirakan juga terdapat 11 kota lain yang kemudian
populer dengan nama ”the Lost Cities of the Plain”. Kota ini memang ada pada permulaan hingga
pertengahan zaman perunggu (Bronze Age). kira-kira 4000 tahun yang lalu, atau
sekitar abad ke-23 hingga 21 SM.
Ketika itu, kota-kota ini berada pada
daerah yang sangat subur dikarenakan banyaknya sumber air (wadi). Olehnya itu,
hasil pertanian sangatlah melimpah dan penduduknya padat. Selain itu, terdapat
deposit bitumen (asphalt) yang besar, dan menjadi salah satu sumber pencaharian
penduduk. Asphalt dijual ke Mesir Kuno.
Pada saat sekarang, lokasi yang diyakini
sebagai Sodom dan Gomorrah telah menjadi tanah tandus dengan
tingat salinitas tinggi. Tentang penyebabnya, Nissembaum (1994) dalam ”Sodom, Gomorrah
and the other lost Cities in the Plain – A Climatic Perspective” mengatakan
bahwa perubahan iklim yang begitu cepat, telah mengubah daerah ini dari yang
subur menjadi tandus dan kering.
Perubahan iklim inilah yang juga
menyebabkan kehancuran Kerajaan Mesir Kuno dan penyusutan hutan di Israel
Utara, bukti paleobotani di Israel Selatan, dan penduduk meninggalkan
permukiman di Lembah Jordan
dan Selatan Jordan
ketika itu.
Lokasi yang diyakini oleh Harris dan
Beardow ini juga diteliti oleh Professor Lynne Frostick, seorang geologist dari
Hull University Inggirs, dan Jonathan Tubb dari British Museum
(dimuat dalam BBC History, J Cecil, updated 2009). Mereka mengadakan penggalian
arkeologi tepatnya di Tell es-Sa’diyeh dekat Laut Mati bagian utara.
Diketemukan bekas pabrik minyak zaitun. Hal
ini menandakan betapa tingginya peradaban ketika itu. Tubb mengatakatan, bahwa
dilihat dari taraf peradabannya, diperkirakan lokasi ini ada pada zaman
permulaan Bronze Age, sezaman dengan masa Sodom
dan Gomorah.
Lain lagi pada penemuan arkeologi di
Numeira, juga dekat Laut Mati. Ditemukan puing-puing kota tua dan peradabannya yang diperkirakan
dari zaman perunggu. Kota
ini tertimbun lapisan tanah dan tumpukan batu, serta lapisan abu arang yang
menandakan ada kebakaran hebat yang pernah terjadi.
Mengapa Sodom dan Gomorah dapat hancur
dengan skala yang amat dahsyat. Faktor utamanya menurut Harris dan Beardow
(1995) adalah bahwa Sodom
dan Gomorah berada sangat dekat pada patahan Laut Mati (left lateral
strike-slip fault). Jalur patahan ini merupakan bagian dari Great Rift Valley
System. Menurut Shmuel Marco, geologis Israel, dari bukti geologi, diperkirakan
minimal ada enam kali gempa dengan skala paling rendah 6 SR pernah terjadi.
Sebagai bukti, Mike Finnegan, forensik
antropologis dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa tiga kerangka manusia yang
ditemukan di Numeira. Dari posisi tulang patah, diketahui bahwa mereka mati
dalam kondisi hancur. Salah satu kemungkinannya adalah mereka mati dijatuhi
reruntuhan batu akibat gempa. Dari carbon dating, diketahui umur kerangka itu
adalah 2300 SM, atau sezaman dengan zaman perunggu.
Selain itu, dari tinjauan geoteknik,
kandungan tanah pada daerah yang diyakni merupakan loose sand, dan clay
sehingga ketika gempa terjadi mudah sekali mengalami likuifaksi. Gempa menjadi
trigger pada keadaan dimana kandungan air tanah pada tanah tersebut mengalami
peningkatan sehingga tanah bersifat seperti lumpur hidup dan tentunya sangat
lunak. Akibatnya, tanah tak lagi mendukung bangunan yang ada di atasnya.
Bangunan akan tenggelam ke dalam tanah.
Fenomena ini diungkapkan oleh Haigh dan
Madabushi (2002) dari Cambridge University dalam ”Dynamic Centrifuge Modelling of the
Destruction of Sodom and Gomorrah
”. Dalam eksperimen di laboratorium, mereka mengambil membuat pemodelan mini kota pada zaman perunggu,
termasuk lapisan tanahnya sesuai dengan kondisi geologi di sekitar Laut Mati.
Hasilnya, ketika model diguncang gempa dengan skala tertentu, likuifaksi memang
terjadi, dan bangunan teggelam masuk ke dalam tanah.
Hal inilah yang mungkin menyebabkan mengapa
bukti arkeologi Sodom dan Gomorrah sangat sulit ditemukan. Diperkirakan
bahwa sekarang kota
ini telah berada di bawah dasar Laut Mati. Olehnya itu John Whitaker (1997)
merekomendasi untuk diadakannya penyelidikan bawah laut untuk menelusuri
puing-puing Sodom dan Gomorrah.
Selain itu, ada faktor lain yang
menyebabkan dahsyatnya proses kehancuran Sodom
dan Gomorrah.
Adanya gempa, juga memungkinkan terjadinya rekahan-rekahan pada deposit asphalt
yang memang banyak terdapat di lokasi tersebut. Beberapa ahli termasuk Harris
dan Beardow (1995) mengatakan bahwa kandungan gas dengan tekanan tinggi dari
dalam rekahan, menyembur dan membakar deposit asphalt. Tekanan tinggi ini
akhirnya melontarkan asphalt terbakar itu keluar, termasuk menghujani Sodom dan Gomorrah.
Jadi dapat dibayangkan, begitu besarnya
proses kehancuran Sodom dan Gomorrah. Kombinasi antara gempa, likuifaksi,
dan hujan asphalt-sulfur yang terbakar, yang meluluhlantakkan kota dan menghancurkan penduduknya
sehancur-hancurnya.
Terkecuali, Nabi Luth AS, atas petunjuk
Allah SWT mengevakuasi anak-anaknya keluar dari ”the Sin Cities” itu.
Subhanallah. Mudah-mudahan ini menjadi petunjuk bagi orang yang beriman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar