Jumat, 19 April 2013

Misteri Kota Sodom dan Gomorrah



Postingan sya ini tentangkota yang dikutuk oleh Tuhan


Misteri Kota Sodom dan Gomorrah


Kota Sodom dan Gomorrah adalah dua kota yang dikaitkan dengan kisah Nabi Luth dan kaumnya. Paling tidak, dalam pandangan Islam, Kristen, Yahudi, diyakini bahwa dua kota ini memang pernah ada, dan kemudian dihancurkan Tuhan akibat begitu besarnya kemaksiatan yang dilakukan oleh penduduknya. Kota inilah yang daripadanya lahir istilah sodomy, and sodomite. Bahkan, dalam bahasa Ibrani, Sodom itu sendiri berarti terbakar, dan Gomorrah berarti terkubur.


Kaitannya dalam Qur’an, ini termaktub dalam “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu (terjungkir-balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS Huud ayat 82). Dan dalam Kitab Genesis, disebutkan bahwa “dikarenakan oleh dosa-dosa penduduknya, Sodom, Gomorrah, Admah dan Zeboim dihancurkan oleh sulfur dan api dari Tuhan (19: 24-25).



Pertanyaan yang pertama, adalah dimanakah sesungguhnya lokasi Kota Sodom dan Gomorrah itu. Ternyata sangat sulit untuk menjawabnya, karena bekas atau puing-puing kedua kota ini sulit sekali untuk ditemukan. Misteri keberadaan Sodom dan Gomorrah mengundang banyak arkeologis, geologis, dan paleoclimatologis untuk mengungkapkannya sejak tahun 1923.


Harris dan Beardow dalam ”The destruction of Sodom and Gomorrah: a geotechnical perspective” yang dimuat dalam Quarterly Journal of Engineering Geology and Hydrogeology (1995) memperkirakan bahwa Sodom dan Gomorrah terletak di utara Semenanjung Lisan atau di sisi timur Laut Mati bagian utara. Laut Mati terletak antara Israel dan Jordania.


Pendapat Harris dan Beardow didasarkan pada keterangan Strabo, seorang sejarahwan dan geografer dari Yunani yang hidup dari 64 SM sampai 23 M. Menurut Strabo, selain Sodom dan Gomorrah diperkirakan juga terdapat 11 kota lain yang kemudian populer dengan nama ”the Lost Cities of the Plain”. Kota ini memang ada pada permulaan hingga pertengahan zaman perunggu (Bronze Age). kira-kira 4000 tahun yang lalu, atau sekitar abad ke-23 hingga 21 SM.


Ketika itu, kota-kota ini berada pada daerah yang sangat subur dikarenakan banyaknya sumber air (wadi). Olehnya itu, hasil pertanian sangatlah melimpah dan penduduknya padat. Selain itu, terdapat deposit bitumen (asphalt) yang besar, dan menjadi salah satu sumber pencaharian penduduk. Asphalt dijual ke Mesir Kuno.



Pada saat sekarang, lokasi yang diyakini sebagai Sodom dan Gomorrah telah menjadi tanah tandus dengan tingat salinitas tinggi. Tentang penyebabnya, Nissembaum (1994) dalam ”Sodom, Gomorrah and the other lost Cities in the Plain – A Climatic Perspective” mengatakan bahwa perubahan iklim yang begitu cepat, telah mengubah daerah ini dari yang subur menjadi tandus dan kering.


Perubahan iklim inilah yang juga menyebabkan kehancuran Kerajaan Mesir Kuno dan penyusutan hutan di Israel Utara, bukti paleobotani di Israel Selatan, dan penduduk meninggalkan permukiman di Lembah Jordan dan Selatan Jordan ketika itu.


Lokasi yang diyakini oleh Harris dan Beardow ini juga diteliti oleh Professor Lynne Frostick, seorang geologist dari Hull University Inggirs, dan Jonathan Tubb dari British Museum (dimuat dalam BBC History, J Cecil, updated 2009). Mereka mengadakan penggalian arkeologi tepatnya di Tell es-Sa’diyeh dekat Laut Mati bagian utara.
 

Diketemukan bekas pabrik minyak zaitun. Hal ini menandakan betapa tingginya peradaban ketika itu. Tubb mengatakatan, bahwa dilihat dari taraf peradabannya, diperkirakan lokasi ini ada pada zaman permulaan Bronze Age, sezaman dengan masa Sodom dan Gomorah.



Lain lagi pada penemuan arkeologi di Numeira, juga dekat Laut Mati. Ditemukan puing-puing kota tua dan peradabannya yang diperkirakan dari zaman perunggu. Kota ini tertimbun lapisan tanah dan tumpukan batu, serta lapisan abu arang yang menandakan ada kebakaran hebat yang pernah terjadi.


Mengapa Sodom dan Gomorah dapat hancur dengan skala yang amat dahsyat. Faktor utamanya menurut Harris dan Beardow (1995) adalah bahwa Sodom dan Gomorah berada sangat dekat pada patahan Laut Mati (left lateral strike-slip fault). Jalur patahan ini merupakan bagian dari Great Rift Valley System. Menurut Shmuel Marco, geologis Israel, dari bukti geologi, diperkirakan minimal ada enam kali gempa dengan skala paling rendah 6 SR pernah terjadi.


Sebagai bukti, Mike Finnegan, forensik antropologis dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa tiga kerangka manusia yang ditemukan di Numeira. Dari posisi tulang patah, diketahui bahwa mereka mati dalam kondisi hancur. Salah satu kemungkinannya adalah mereka mati dijatuhi reruntuhan batu akibat gempa. Dari carbon dating, diketahui umur kerangka itu adalah 2300 SM, atau sezaman dengan zaman perunggu.


Selain itu, dari tinjauan geoteknik, kandungan tanah pada daerah yang diyakni merupakan loose sand, dan clay sehingga ketika gempa terjadi mudah sekali mengalami likuifaksi. Gempa menjadi trigger pada keadaan dimana kandungan air tanah pada tanah tersebut mengalami peningkatan sehingga tanah bersifat seperti lumpur hidup dan tentunya sangat lunak. Akibatnya, tanah tak lagi mendukung bangunan yang ada di atasnya. Bangunan akan tenggelam ke dalam tanah.



Fenomena ini diungkapkan oleh Haigh dan Madabushi (2002) dari Cambridge University dalam ”Dynamic Centrifuge Modelling of the Destruction of Sodom and Gomorrah ”. Dalam eksperimen di laboratorium, mereka mengambil membuat pemodelan mini kota pada zaman perunggu, termasuk lapisan tanahnya sesuai dengan kondisi geologi di sekitar Laut Mati. Hasilnya, ketika model diguncang gempa dengan skala tertentu, likuifaksi memang terjadi, dan bangunan teggelam masuk ke dalam tanah.


Hal inilah yang mungkin menyebabkan mengapa bukti arkeologi Sodom dan Gomorrah sangat sulit ditemukan. Diperkirakan bahwa sekarang kota ini telah berada di bawah dasar Laut Mati. Olehnya itu John Whitaker (1997) merekomendasi untuk diadakannya penyelidikan bawah laut untuk menelusuri puing-puing Sodom dan Gomorrah.


Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan dahsyatnya proses kehancuran Sodom dan Gomorrah. Adanya gempa, juga memungkinkan terjadinya rekahan-rekahan pada deposit asphalt yang memang banyak terdapat di lokasi tersebut. Beberapa ahli termasuk Harris dan Beardow (1995) mengatakan bahwa kandungan gas dengan tekanan tinggi dari dalam rekahan, menyembur dan membakar deposit asphalt. Tekanan tinggi ini akhirnya melontarkan asphalt terbakar itu keluar, termasuk menghujani Sodom dan Gomorrah.


Jadi dapat dibayangkan, begitu besarnya proses kehancuran Sodom dan Gomorrah. Kombinasi antara gempa, likuifaksi, dan hujan asphalt-sulfur yang terbakar, yang meluluhlantakkan kota dan menghancurkan penduduknya sehancur-hancurnya.



Terkecuali, Nabi Luth AS, atas petunjuk Allah SWT mengevakuasi anak-anaknya keluar dari ”the Sin Cities” itu. Subhanallah. Mudah-mudahan ini menjadi petunjuk bagi orang yang beriman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar